Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025
Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025

Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025

Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025
Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025

Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025 Dengan Berbagai Fakta Mengapa Baru Tertangkap Sekarang. Halo para pembaca yang haus akan kebenaran! Dunia pendidikan, yang seharusnya bersih dari noda. Terlebih yang kini kembali tercoreng oleh bayangan gelap korupsi. Sebuah kasus yang telah lama “tidur” kini akhirnya terkuak. Dan juga melibatkan pengadaan perangkat esensial bagi siswa: Korupsi Chromebook. Bayangkan, skandal ini ternyata sudah di selidiki sejak tahun 2019. Namun baru di tahun 2025 inilah tabir kebusukannya benar-benar tersingkap! Ini bukan sekadar kasus biasa,. Akan tetapi melainkan sebuah kronologi panjang yang menunjukkan bagaimana praktik-praktik tak bertanggung jawab. Serta yang bisa menyelinap dan merugikan masa depan generasi penerus bangsa.  Mari kita ikuti jejak penyelidikan yang berliku ini.

Mengenai ulasan tentang Korupsi Chromebook: di selidiki sejak 2019, terungkap 2025 telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.

Awal Mula (2019–2020)

Awal mula kasus korupsi pengadaan Chromebook bermula sejak tahun 2019. Tepatnya ketika isu digitalisasi pendidikan mulai menjadi perhatian utama. Tentunya di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada bulan Agustus 2019, sebelum Nadiem Makarim resmi di lantik sebagai Menteri. Dan juga di duga sudah terbentuk sebuah grup WhatsApp yang di inisiasi oleh Jurist Tan. Terlebih salah satu figur yang kemudian menjadi Staf Khusus Menteri. Grup ini menjadi wadah awal pembahasan rencana besar pengadaan perangkat mereka. Serta yang sebagai bagian dari program digitalisasi pendidikan nasional. Pada tahun yang sama, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom). Tentunya mereka melakukan uji coba terhadap 1.000 unit Chromebook. Serta yang di sebar ke berbagai sekolah. Hasil kajian Pustekkom menyimpulkan bahwa perangkatnya. Namun tidak di rekomendasikan karena keterbatasan infrastruktur internet di banyak daerah. Serta ketidaksesuaian perangkat dengan kebutuhan pembelajaran di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Sistem operasi Chrome OS di anggap kurang mendukung pembelajaran offline.

Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025 Yang Menggegerkan

Kemudian juga masih membahas fakta Korupsi Chromebook: Di Selidiki Sejak 2019, Terungkap 2025 Yang Menggegerkan. Dan fakta lainnya adalah:

Proses Perencanaan & Pengarahan OS (2020)

Pada tahun 2020, setelah pembahasan awal mengenai digitalisasi pendidikan berbasis Chromebook mencuat pada 2019. Terlebih di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai masuk ke tahap perencanaan yang lebih konkret. Dalam proses ini, fokus utama adalah penentuan perangkat teknologi yang akan di gunakan dalam skala nasional. Hal ini yang termasuk sistem operasinya. Pada tahap ini pula, indikasi penyimpangan mulai tampak jelas. Tentunya terutama terkait pengaruh. Dan juga intervensi terhadap kajian teknis yang seharusnya menjadi landasan objektif kebijakan pengadaan. Awalnya, hasil kajian teknis pada tahun 19 oleh Pustekkom secara tegas tidak merekomendasikan penggunaannya berbasis Chrome OS. Karena banyak sekolah di Indonesia, khususnya di wilayah 3T, belum memiliki akses internet yang memadai. Namun pada awal tahun 2020, terjadi perubahan arah secara signifikan. Jurist Tan yang merupakan Staf Khusus Menteri.

Kemudian bersama seorang konsultan teknologi bernama Ibrahim Arief. Serta yang di sebut berperan aktif. Tentunya mengarahkan tim teknis Kemendikbud untuk menyusun kajian ulang. Terlebih juga yang mengutamakan penggunaan sistem operasi Chrome OS. Perubahan ini tidak di lakukan melalui proses ilmiah atau evaluasi tambahan di lapangan. Namun melainkan berdasarkan perintah langsung dari pihak-pihak tertentu. Kajian teknis kedua tersebut di desain untuk menyisipkan Chrome OS sebagai sistem operasi utama. Kemudian juga sekaligus menggeser opsi sistem operasi Windows yang sebelumnya di anggap lebih sesuai. Arahan ini di lakukan dengan mengabaikan realitas di lapangan. Hal ini yang termasuk keterbatasan infrastruktur digital dan kebutuhan pembelajaran berbasis offline. Selama periode ini pula, terjadi sejumlah komunikasi dan pertemuan intensif dengan pihak luar negeri. Terlebih juga termasuk Google, yang merupakan pengembang sistem operasi Chrome OS. Meski secara formal hal satu ini di sebut sebagai bentuk kerja sama strategis.

Kronologi Penyuapan Chromebook: Dari 19 Sampai Penangkapan Tahun Ini

Selain itu, masih ada Kronologi Penyuapan Chromebook: Dari 19 Sampai Penangkapan Tahun Ini. Dan fakta lainnya adalah:

Anggaran Dan Target Pengadaan

Setelah proses perencanaan dan penyusunan kajian teknis pada tahun 20 yang mengarah. Terlebih secara khusus pada penggunaan perangkat Chromebook berbasis Chrome OS. Dan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan. Serta Kebudayaan mulai menjalankan proyek pengadaan dalam skala besar. Program ini menjadi bagian dari strategi digitalisasi pendidikan nasional yang di canangkan untuk mempercepat transformasi teknologi. Tepatnya di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Program pengadaan Chromebook ini di laksanakan selama periode 2020 hingga 2022. Tentu dengan total anggaran yang sangat besar. Serta yaitu mencapai sekitar Rp9,3 hingga Rp9,98 triliun. Dana tersebut bersumber dari dua jalur utama: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dan juga dnegan Dana Alokasi Khusus (DAK). Penggunaan kombinasi dana tersebut di maksudkan agar program bisa menjangkau seluruh jenjang pendidikan dasar hingga menengah di berbagai daerah. Kemudian juga yang termasuk wilayah tertinggal dan terpencil.

Target utama dari program ini adalah pengadaan sekitar 1 juta hingga 1,2 juta unitnya. Serta yang akan di bagikan ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Masing-masing sekolah yang di tetapkan sebagai penerima bantuan akan menerima paket perangkat. Kemudian juga yang terdiri dari laptop berbasis Chrome OS, server mini, router. Dan perangkat pendukung lainnya. Dalam pelaksanaannya, proyek ini di arahkan untuk mempercepat digitalisasi kelas. Hal ini yang termasuk mengurangi ketergantungan pada metode pembelajaran konvensional. Namun, berdasarkan hasil penyelidikan Kejaksaan Agung pada 2025. Kemudian juga pengelolaan anggaran dalam proyek ini menyimpan banyak kejanggalan. Salah satu temuan utama adalah adanya indikasi bahwa harga satuan perangkatnya yang di beli pemerintah jauh lebih mahal. Jika di banding harga pasar, yang membuka peluang terjadinya markup. Dan juga dengan penggelembungan anggaran secara sistematis.

Kronologi Penyuapan Chromebook: Dari 19 Sampai Penangkapan Tahun Ini Yang Begitu Kontra

Selanjutnya juga masih ada Kronologi Penyuapan Chromebook: Dari 19 Sampai Penangkapan Tahun Ini Yang Begitu Kontra. Dan fakta lainnya adalah:

Tahap Penyelidikan & Pemeriksaan (Mei–Juni 2025)

Setelah bertahun-tahun program pengadaan Chromebook berjalan tanpa hambatan berarti. Kemudian titik balik terjadi pada tahun 2025. Memasuki bulan Mei, Kejaksaan Agung Republik Indonesia mulai meningkatkan status kasus ini. Terlebihnya dari penyelidikan ke tahap penyidikan. Ini menjadi langkah hukum penting dalam mengungkap adanya dugaan penyimpangan anggaran. Dan juga penyalahgunaan kewenangan dalam proyek pengadaan perangkat teknologi pendidikan tersebut. Pada tanggal 20 Mei 2025, Kejaksaan Agung resmi menerbitkan Surat Perintah Di mulainya Penyidikan (SPDP) dengan Nomor PRIN-38. Terlebih yang menandai dimulainya penyidikan secara resmi terhadap pengadaan Chromebook. Dan juga yang berlangsung selama tahun 2020 hingga 2022. Fokus penyidikan mencakup semua tahapan.Mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengadaan, hingga distribusi perangkat ke sekolah-sekolah penerima bantuan.

Dalam kurun waktu Mei hingga Juni 2025, tim penyidik Kejagung melakukan pemeriksaan intensif terhadap puluhan orang saksi dari berbagai unsur. Baik dari internal Kementerian Pendidikan, vendor teknologi. Maupun pihak luar yang diduga terlibat. Di antara nama-nama yang di panggil. Dan juga di periksa adalah sejumlah pejabat aktif maupun nonaktif. Serta dnegan mantan staf khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Terlebih konsultan teknologi yang pernah terlibat dalam proses penyusunan kajian pengadaan. Salah satu perhatian publik tertuju pada pemeriksaan terhadap tiga mantan staf khusus Mendikbud. Dan berinisial FH, JT (Jurist Tan), dan IA (Ibrahim Arief). Kemudian yang di sebut memiliki peran besar dalam mendorong perubahan arah kebijakan ke penggunaan Chromebook. Pada akhir Mei 2025, penyidik juga melakukan penggeledahan. Serta terhadap apartemen pribadi para staf khusus tersebut. Kemudian juga berhasil menyita sejumlah barang bukti penting seperti dokumen digital, catatan agenda.

Jadi itu dia fakta mengenai kasus yang di selediki sejak 2019 namun baru terungkap di 2025 dari Korupsi Chromebook.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait