Warga Israel Kabur Ke Eropa Dengan Kapal Pesiar
Warga Israel Kabur Ke Eropa Dengan Kapal Pesiar

Warga Israel Kabur Ke Eropa Dengan Kapal Pesiar

Warga Israel Kabur Ke Eropa Dengan Kapal Pesiar

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Warga Israel Kabur Ke Eropa Dengan Kapal Pesiar
Warga Israel Kabur Ke Eropa Dengan Kapal Pesiar

Warga Israel Di Ketahui Kabur Ke Wilayah Eropa Menggunakan Kapal Pesiar Dengan Alasan Demi Keselamatan Dan Keamanan. Ratusan penduduk Israel di kabarkan memilih meninggalkan tanah air mereka melalui jalur laut dengan menaiki yacht, kapal pesiar kecil. Tindakan ini sebagai upaya untuk menyelamatkan diri dari potensi serangan Iran yang kian meningkat. Keputusan ini di ambil sebagai bentuk reaksi terhadap di tutupnya akses transportasi udara oleh pemerintah. Pemerintah memberlakukan kebijakan tersebut sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegangan militer di kawasan. Dalam situasi yang penuh tekanan ini, para warga merasa tidak memiliki alternatif lain selain mencari rute pelarian melalui perairan. Mereka berharap dapat mencapai kawasan yang lebih aman seperti Siprus atau wilayah-wilayah Eropa lainnya.

Media massa nasional Israel, Haaretz, menginformasikan bahwa proses pelarian ini di jalankan secara tersembunyi dan tanpa pengawasan resmi dari otoritas negara. Proses ini tidak hanya di lakukan dalam senyap. Upaya ini juga menghabiskan dana yang sangat besar, bahkan mencapai ribuan dolar Amerika Serikat untuk setiap perjalanan. Kapal-kapal tersebut di kabarkan bertolak dari beberapa pelabuhan penting di wilayah pesisir Israel, seperti Herzliya, Haifa, dan Ashkelon. Setiap kapal membawa penumpang menuju lokasi-lokasi pelarian di luar negeri. Tujuan utama tindakan ini yakni untuk menghindari zona konflik dan menemukan perlindungan di luar batas teritorial Israel.

Akibat penutupan bandara yang tiba-tiba dan menyeluruh, muncul berbagai komunitas daring di media sosial. Khususnya di platform Facebook, yang di manfaatkan oleh warga untuk berbagi informasi dan menyusun strategi pelarian melalui jalur laut. Grup-grup ini menjadi wadah koordinasi bagi ratusan individu yang berusaha menemukan cara alternatif meninggalkan negara tersebut. Mengingat jalur udara yang biasanya di andalkan tidak lagi bisa di akses. Banyak dari mereka secara aktif bertukar informasi mengenai ketersediaan kapal, rute yang mungkin di lewati, serta risiko-risiko yang mungkin di hadapi di perjalanan.

24 Warga Israel Tewas Akibat Serangan Iran

Pada pertengahan Juni 2025, konflik bersenjata antara Iran dan Israel kembali mengalami peningkatan yang signifikan dan menimbulkan dampak tragis. Setidaknya 24 Warga Israel Tewas Akibat Serangan Iran sebagai respons terhadap tindakan agresif sebelumnya dari pihak Israel. Serangan balasan ini juga menyebabkan ratusan orang lainnya mengalami luka-luka. Hal ini semakin memperburuk ketegangan yang telah berlangsung di kawasan Timur Tengah. Adanya serangan ini menimbulkan kekhawatiran baru akan kemungkinan terjadinya perang regional yang lebih luas.

Konflik ini bermula pada Jumat, 13 Juni 2025, ketika pasukan udara Israel melaksanakan operasi militer yang menyasar sejumlah titik strategis di wilayah Iran. Target dari serangan tersebut mencakup fasilitas militer dan instalasi nuklir. Lokasi ini di anggap sebagai pusat kekuatan pertahanan Iran. Akibat dari serangan tersebut, tidak kurang dari 224 individu kehilangan nyawa. Termasuk beberapa tokoh penting militer dan ilmuwan yang terlibat dalam program nuklir Iran. Di samping itu, lebih dari seribu orang lainnya di laporkan mengalami luka dalam insiden yang sama. Inilah yang semakin menambah panjang daftar korban dan menimbulkan kemarahan di pihak Iran.

Sebagai tindak lanjut dari eskalasi itu, pada hari Minggu, 15 Juni 2025, otoritas militer Iran mengeluarkan pernyataan terbuka yang menyerukan agar warga Israel segera meninggalkan negara mereka. Dalam imbauan tersebut, Iran menegaskan bahwa dalam waktu dekat, wilayah Israel tidak akan lagi menjadi tempat yang aman untuk di huni. Mereka juga menyatakan bahwa perlindungan di dalam bunker tidak akan mampu menjamin keselamatan warga sipil dari serangan lanjutan yang mungkin terjadi. Dengan kata lain, Iran secara eksplisit memperingatkan bahwa sistem pertahanan sipil Israel di anggap tidak memadai dalam menghadapi kekuatan militer mereka.

Harga Mencapai 27 Juta

Lonjakan kebutuhan akan transportasi alternatif akibat penutupan bandara telah mengakibatkan tarif perjalanan laut menggunakan yacht meningkat drastis. Para pemilik kapal pesiar kecil memanfaatkan situasi darurat ini dengan menetapkan harga bervariasi mulai dari 2.500 hingga 6.000 shekel. Jumlah ini setara dengan sekitar Rp11 juta hingga Harga Mencapai 27 Juta per orang. Tarif tersebut tergolong tinggi jika di bandingkan dengan harga normal. Namun harga ini tetap di minati karena tingginya keinginan warga untuk segera meninggalkan wilayah yang di landa konflik. Sebagian besar kapal-kapal yang beroperasi dalam situasi darurat ini hanya mampu menampung sekitar sepuluh penumpang dalam sekali perjalanan. Oleh karenanya kapasitas yang terbatas turut mendorong harga menjadi semakin mahal.

Salah satu nahkoda kapal menuturkan bahwa sistem tarif tersebut semata-mata mengikuti hukum dasar ekonomi, yakni keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan. Ia mengungkapkan bahwa apabila seseorang bersedia membayar harga tertentu demi keselamatan mereka, maka transaksi tersebut tetap akan terjadi. Pernyataan ini mencerminkan situasi di mana ketakutan dan urgensi telah mengalahkan pertimbangan biaya. Oleh karenanya masyarakat lebih fokus pada peluang untuk menyelamatkan diri daripada mempermasalahkan tarif yang di tawarkan.

Namun, di tengah derasnya arus pelarian lewat laut, muncul persoalan mengenai legalitas operasional beberapa kapal yang beroperasi. Seorang pemilik yacht komersial menyampaikan bahwa tidak sedikit operator yang mengenakan biaya mahal kepada para penumpang. Namun mereka tidak menyediakan perlindungan berupa asuransi. Praktik ini jelas mengundang kekhawatiran, mengingat perjalanan laut yang panjang dan tidak selalu aman memerlukan jaminan keselamatan dari sisi hukum maupun teknis. Minimnya pengawasan terhadap aktivitas transportasi laut darurat ini membuka celah bagi penyelenggara tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan sepihak dari situasi genting yang di alami masyarakat.

Mayoritas Penumpang Adalah Warga Negara Ganda

Mayoritas Penumpang Adalah Warga Negara Ganda yang memilih untuk meninggalkan Israel melalui jalur laut dengan menggunakan kapal pesiar kecil atau yacht. Mereka umumnya terdiri atas para imigran yang masih mempertahankan paspor dari negara asalnya. Kemudian terdapat juga penduduk asli Israel yang memperoleh status kewarganegaraan tambahan setelah mencapai usia dewasa. Dalam konteks ini, kewarganegaraan ganda menjadi tiket penting untuk memfasilitasi proses relokasi. Hal ini terutama di tengah ketidakstabilan yang terus berkembang akibat ancaman militer yang kian memburuk. Fenomena ini memperlihatkan bahwa orang-orang yang memiliki opsi administratif dan legal untuk pindah ke negara lain memanfaatkan peluang tersebut demi menjamin keamanan dan stabilitas hidup mereka di luar Israel.

Salah satu tokoh yang bersedia berbagi cerita, yang di samarkan dengan nama Adi, mengungkapkan bahwa dirinya memutuskan untuk angkat kaki dari Israel secara permanen. Ia menjelaskan bahwa tujuan akhirnya adalah Portugal. Yang mana Portugal merupakan tempat pasangannya menetap selama beberapa tahun terakhir. Menurut Adi, pasangan hidupnya bahkan telah memintanya sejak lama untuk segera menyusul dan tinggal bersama di sana. Dengan situasi yang semakin tidak menentu di tanah kelahirannya, Adi merasa bahwa meninggalkan Israel adalah pilihan yang paling masuk akal. Terutama demi masa depan yang lebih aman dan stabil.

Kisah lain datang dari seorang pria bernama Haim dan anak laki-lakinya, Amir, yang di temui di salah satu pelabuhan. Mereka menyampaikan bahwa tidak ada pilihan realistis lain selain meninggalkan Israel secepat mungkin. Haim menjelaskan bahwa Amir, putranya, merupakan seorang pelaku usaha yang telah tertahan di wilayah tersebut selama beberapa hari akibat keterbatasan akses keluar. Karena itu, Amir akan menempuh jalur laut menuju kota Larnaca di Siprus. Mereka menempuh jalur laut sebelum melanjutkan perjalanan udara menuju Milan, Italia.

Kecemasan Warga Israel menjadi alasan utama kaburnya mereka ke wilayah Eropa. Keselamatan dan keamanan diri juga menjadi landasan utama kaburnya Warga Israel.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait