F1 GP Bahrain Menjadi Ajang Yang Membuka Tabir Kelemahan RedBull Ketika Sesi FP1 Memperlihatkan Betapa Belum Siapnya Mereka. Max Verstappen memilih tidak langsung turun ke lintasan dan hanya mengamati jalannya sesi dari garasi. Namun sebagai gantinya, kesempatan tersebut di berikan kepada Ayumu Iwasa. Yang mana, ia merupakan pembalap muda asal Jepang yang di percaya mengemudikan RB21. Namun, hasil yang di capai Iwasa jauh dari ekspektasi. Yang mana, dengan hanya mencatatkan waktu tercepat kedua dari belakang. Situasi ini memperkuat dugaan bahwa Red Bull belum menemukan setelan mobil yang optimal. Khususnya, untuk menghadapi suhu tinggi dan degradasi ban yang tinggi khas F1 GP Bahrain. Ketika Verstappen akhirnya tampil pada sesi latihan bebas kedua, performanya pun masih jauh dari memuaskan. Di mana, Ia tertinggal hampir 0,8 detik dari McLaren dan berada di belakang tim-tim lain. Ketertinggalan ini menunjukkan bahwa RedBull mengalami kesulitan serius dalam aspek teknis yang selama ini menjadi kekuatan mereka.
Kinerja buruk ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Verstappen mengungkapkan bahwa ia kesulitan menemukan ritme yang pas selama F1 GP Bahrain. Tercatat, ia butuh satu hingga dua putaran untuk beradaptasi, tetapi tetap merasa tertinggal terlalu jauh dari para rival. Kemudian, Ia menilai bahwa cengkeraman mobil sangat buruk dan membuatnya tidak nyaman di lintasan. Walaupun keseimbangan mobil tidak sepenuhnya bermasalah. Namun, Verstappen tetap menegaskan bahwa banyak aspek yang harus di perbaiki dalam jangka panjang jika Red Bull ingin kembali kompetitif.
Kesan ini mengingatkan pada pengalaman di GP Jepang sebelumnya. Di mana meski ia sempat menghadapi kesulitan, namun akhirnya mampu mengamankan pole position dan kemenangan. Namun, di F1 GP Bahrain situasinya jauh berbeda dan lebih kompleks. Performa Verstappen selama sesi latihan panjang di F1 GP Bahrain pun tidak menunjukkan perbaikan. Ia bahkan menyebut bahwa ia sama sekali tidak menikmati sesi tersebut.
F1 GP Bahrain Bukanlah Akhir Pekan Terbaiknya
Perbandingan jarak yang terjadi dengan pembalap McLaren seperti Norris dan Piastri di nilai sangat mencolok. Di mana, perbandingan jarak ini memperlihatkan betapa besar kesenjangan yang harus di kejar Red Bull. Meski Red Bull mencoba pendekatan berbeda selama hari Jumat. Namun, hasilnya tetap jauh dari harapan dan tidak mampu memberikan prospek cerah menjelang kualifikasi.
Tak hanya Verstappen, Yuki Tsunoda juga menghadapi tantangan serupa dalam F1 GP Bahrain. Di mana pada hari Jumat, ia hanya menempati posisi kedelapan belas, jauh dari zona kompetitif. Ia mengakui bahwa proses adaptasi dan pemahaman set-up mobil masih berlangsung. Namun, secara keseluruhan sesi latihan berjalan tidak sesuai rencana. Bahkan terjadi miskomunikasi antara dirinya dan tim melalui radio yang memperburuk keadaan. Tsunoda menyebut bahwa ini adalah bagian dari proses belajar, mengingat baru lima sesi ia jalani bersama Red Bull. Namun ia juga tidak memungkiri bahwa F1 GP Bahrain Bukanlah Akhir Pekan Terbaiknya. Serta, peluang untuk menembus Q3 maupun meraih poin terasa semakin sulit. Walaupun tetap optimistis, ia menyadari bahwa ekspektasi harus di turunkan secara realistis. Di sisi lain, kekecewaan Verstappen mencapai puncaknya setelah sesi kualifikasi di Sirkuit Sakhir dalam rangkaian F1 GP Bahrain. Di mana, hasil yang ia raih jauh dari ekspektasi dan hanya menempati posisi ketujuh.
Menurutnya, mobil mengalami kekurangan cengkeraman yang sangat signifikanjuga kendala pada sistem pengereman. Kombinasi dua permasalahan ini membuat Verstappen frustrasi dan kehilangan rasa percaya diri untuk bersaing di level tertinggi. Ia menegaskan bahwa sejak sesi latihan, dirinya sudah memperkirakan Red Bull tidak akan mampu menyamai kecepatan McLaren. Ternyata, prediksinya terbukti benar, ketika Piastri mencatatkan waktu terbaik. Apa yang terjadi di F1 GP Bahrain memperlihatkan bahwa Verstappen tidak lagi merasa sedang bersaing untuk gelar juara dunia. Hal ini di karenakan, Ia menyebut dirinya lebih seperti peserta biasa musim ini, bukan kandidat kuat perebut gelar.
Menurunnya Keyakinan Sang Juara Bertahan Terhadap Potensi Timnya
Pernyataan Verstappen menjadi refleksi betapa Menurunnya Keyakinan Sang Juara Bertahan Terhadap Potensi Timnya. Yang padahal, hanya seminggu sebelumnya Verstappen tampil luar biasa di GP Jepang. Namun, F1 GP Bahrain menghadirkan tantangan yang sama sekali berbeda. Dengan degradasi ban yang tinggi dan suhu panas ekstrem yang memperburuk performa mobil Red Bull. Terlihat sejak uji coba musim dingin di Bahrain, Verstappen sudah memperingatkan bahwa Red Bull tertinggal setengah detik dari McLaren. Dan kini, pernyataan tersebut terbukti di F1 GP Bahrain. Dengan memperlihatkan bahwa Red Bull memang belum berhasil menutup kesenjangan yang ada.
Kemduian, meskipun mereka telah melakukan berbagai perubahan besar pada mobil, namun hasilnya tetap tidak membuahkan hasil. Verstappen mengaku sudah mencoba semua opsi yang tersedia. Serta, jika harus menjalani sesi kualifikasi ulang, ia tidak tahu lagi bagian mana yang bisa di perbaiki. Dalam memprediksi peluang balapan utama di F1 GP Bahrain, Verstappen menilai bahwa Norris akan langsung melaju ke depan tanpa hambatan berarti. Ia merasa satu-satunya tim yang mungkin bisa di salip adalah Alpine. Sedangkan, sisanya memiliki kecepatan yang setara atau bahkan lebih baik dari Red Bull. Dengan kondisi seperti itu, Verstappen menyatakan akan tetap berusaha maksimal. Namun, ia sendiri tidak yakin bisa finis di podium, bahkan untuk mencapai posisi keenam pun di rasa sangat sulit. Pernyataan ini menunjukkan bahwa harapan Red Bull di F1 GP Bahrain sudah sangat tipis. Kemudian, ketimpangan performa tersebut mencerminkan tekanan besar yang mereka hadapi. Khususnya, dalam mempertahankan status sebagai tim dominan.
Ketika tim lain seperti Mercedes, Ferrari, dan McLaren menunjukkan progres signifikan. Namun, Red Bull justru tertinggal baik dari sisi teknis maupun strategi. Hal ini berimbas pada mental para pembalapnya. Yang meskipun tetap menunjukkan semangat kompetitif, kini mulai di liputi keraguan. Dalam dunia F1 sendiri, perubahan sangat cepat dan persaingan begitu ketat. Sehingga, kehilangan keunggulan teknis dapat berujung pada degradasi performa yang tajam.
Keunggulan Teknis Mereka Tampak Mulai Terkikis
Hasil yang di raih Red Bull sepanjang akhir pekan balap menunjukkan bahwa tim ini tengah berada dalam fase transisi yang menantang. Dominasi yang selama ini menjadi ciri khas Red Bull tampak mulai tergoyahkan. Yang seiring dengan meningkatnya performa tim-tim pesaing seperti Ferrari, Mercedes, dan McLaren. Meskipun Red Bull masih memiliki aset berharga berupa pengalaman dan kualitas individu pembalap seperti Verstappen dan Tsunoda. Namun, Keunggulan Teknis Mereka Tampak Mulai Terkikis.
Hal ini terlihat dari tantangan yang di hadapi bukan semata-mata bersifat mekanis. Namun, juga mencakup aspek mentalitas dan semangat juang seluruh tim. Red Bull harus segera menemukan cara untuk membangkitkan kembali kekuatan kolektif mereka. Hal ini penting jika ingin kembali menjadi kekuatan dominan dalam sisa musim ini. Kegagalan dalam menyusun ulang strategi dan meningkatkan performa dapat berakibat fatal terhadap ambisi mereka dalam perebutan gelar juara dunia. Oleh karena itu, momentum buruk ini harus menjadi titik balik untuk perbaikan menyeluruh. Hal ini baik dari sisi pengembangan mobil maupun pendekatan strategi jangka panjang. Semua pelajaran penting tersebut sangat tergambar dari apa yang terjadi di F1 GP Bahrain.