LiputanMedia24

Berita Terbaru & Terupdate Viral

News

Kintsugi Seni Memperbaiki Tembikar Yang Pecah

Kintsugi Seni Memperbaiki Tembikar Yang Pecah
Kintsugi Seni Memperbaiki Tembikar Yang Pecah

Kintsugi Adalah Seni Tradisional Jepang Yang Melibatkan Perbaikan Keramik Pecah Menggunakan Lak Di Campur Bubuk Emas, Perak Atau Platinum. Nama kintsugi sendiri berasal dari kata kin yang berarti emas. Dan tsugi yang berarti menyambung atau memperbaiki. Teknik ini tidak hanya memulihkan keramik yang rusak menjadi fungsional kembali. Tetapi juga menambahkan keindahan dan nilai baru pada benda tersebut. Kintsugi menekankan konsep bahwa kerusakan dan perbaikan adalah bagian dari sejarah benda tersebut dan tidak perlu di sembunyikan. Sebaliknya retakan-retakan yang di perbaiki dengan emas menjadi titik fokus. Yang menambah estetika dan makna pada keramik tersebut.

Seni kintsugi berkaitan erat dengan filosofi Jepang yang di kenal sebagai wabi-sabi yang menghargai ketidaksempurnaan dan ketidakkekalan. Wabi sabi mengajarkan bahwa keindahan dapat di temukan dalam ketidaksempurnaan dan perubahan. Dan kintsugi adalah salah satu manifestasi nyata dari prinsip ini. Alih-alih membuang barang yang rusak kintsugi mengajarkan kita untuk merayakan sejarah dan perjalanan hidupnya. Maka setiap retakan dan sambungan emas menjadi simbol dari kekuatan dan ketahanan. Menunjukkan bahwa sesuatu yang rusak bisa menjadi lebih indah setelah di perbaiki. Maka dengan demikian kintsugi memberikan pandangan yang mendalam. Tentang bagaimana kita dapat menghadapi kegagalan dan kerusakan dalam hidup kita sendiri.

Secara praktis proses kintsugi membutuhkan keahlian dan kesabaran yang tinggi. Langkah pertama adalah mengumpulkan semua pecahan keramik yang rusak dan memastikan tidak ada yang hilang. Kemudian lak di oleskan pada tepi pecahan dan bubuk emas atau logam lainnya di tambahkan. Untuk menciptakan sambungan yang kuat dan berkilau. Proses ini bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tergantung pada ukuran dan kompleksitas keramik yang di perbaiki. Hasil akhirnya adalah sebuah karya seni yang unik.

Sejarah Kintsugi Di Jepang

Menurut legenda Yoshimasa mengirimkan cangkir teh Tiongkok favoritnya yang rusak ke Tiongkok untuk di perbaiki. Namun dia kecewa dengan hasil perbaikan yang di lakukan dengan staples logam yang kasar dan tidak estetis. Sebagai tanggapan pengrajin Jepang mulai mencari metode yang lebih menyenangkan secara visual dan filosofis untuk memperbaiki keramik yang rusak. Sejarah Kintsugi Di Jepang berawal pada akhir abad ke 15 di masa pemerintahan Shogun Ashikaga Yoshimasa. Inilah yang menjadi awal mula seni kintsugi. Di mana retakan di perbaiki dengan lak di campur dengan bubuk emas, perak atau platinum. Mengubah keramik yang rusak menjadi karya seni yang lebih indah.

Kintsugi segera menjadi populer di kalangan bangsawan dan samurai Jepang. Terutama dalam konteks upacara minum teh yang sangat di hargai. Seni ini selaras dengan filosofi wabi sabi yang menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan dan ketidakkekalan. Wabi sabi mengajarkan bahwa segala sesuatu yang retak atau rusak memiliki sejarah dan nilai yang unik. Kintsugi memperkuat gagasan ini dengan menjadikan retakan sebagai fitur yang paling menonjol dan indah dari keramik yang di perbaiki. Praktik ini tidak hanya berfungsi sebagai metode perbaikan. Tetapi juga sebagai simbol penerimaan dan penghargaan terhadap perubahan dan transisi yang alami dalam kehidupan.

Selama berabad-abad kintsugi telah berkembang menjadi lebih dari sekadar teknik perbaikan. Ia menjadi bagian integral dari budaya dan filosofi Jepang. Pengaruh kintsugi terlihat dalam berbagai aspek seni dan kehidupan sehari-hari di Jepang. Banyak pengrajin modern yang terus melestarikan tradisi ini. Sekaligus menggabungkannya dengan teknik dan estetika kontemporer. Kintsugi juga menginspirasi berbagai bidang lain termasuk seni rupa, desain dan bahkan psikologi. Di mana konsep menerima dan merayakan ketidaksempurnaan telah menemukan resonansi yang luas. Sejarah kintsugi mencerminkan pandangan hidup yang mendalam. 

Filosofi Bengkel Kayu Emas

Filosofi Bengkel Kayu Emas atau kintsugi berasal dari pandangan hidup Jepang. Yang menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan dan ketidakkekalan. Seni kintsugi menekankan bahwa kerusakan dan perbaikan adalah bagian integral dari sejarah sebuah objek. Bukan sesuatu yang harus di sembunyikan. Dalam kintsugi retakan pada keramik yang di perbaiki dengan lak di campur bubuk emas atau logam lainnya. Menjadikannya titik fokus yang indah dan bermakna. Filosofi ini selaras dengan prinsip wabi sabi yang mengajarkan bahwa ada keindahan dalam ketidaksempurnaan, perubahan dan transisi alami. 

Filosofi kintsugi juga mencerminkan nilai-nilai seperti ketahanan, pemulihan dan transformasi. Proses memperbaiki keramik yang rusak dengan kintsugi adalah metafora yang kuat. Supaya bagaimana kita dapat menghadapi kegagalan dan tantangan dalam hidup. Alih-alih melihat kerusakan sebagai sesuatu yang memalukan atau perlu di sembunyikan. Kintsugi mengajarkan kita untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk tumbuh dan menjadi lebih kuat. Setiap retakan dan sambungan emas dalam keramik yang di perbaiki. Maka menjadi simbol dari kekuatan dan ketahanan menunjukkan. Bahwa sesuatu yang rusak bisa menjadi lebih indah dan berharga setelah di perbaiki.

Selain itu kintsugi mengajarkan pentingnya menghargai sejarah dan perjalanan hidup setiap benda dan individu. Setiap retakan pada keramik yang di perbaiki menceritakan kisah tentang masa lalu dan pengalaman yang telah di lalui. Dengan demikian kintsugi mendorong kita untuk menghargai setiap fase dalam hidup kita baik yang indah maupun yang sulit. Filosofi ini mengingatkan kita bahwa setiap pengalaman termasuk yang menyakitkan atau merusak. Maka memiliki nilai dan kontribusi dalam membentuk siapa kita.

Tehnik Kintsugi

Teknik Kintsugi melibatkan beberapa tahapan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Pertama semua pecahan keramik yang rusak di kumpulkan dan di bersihkan dengan hati-hati. Untuk memastikan tidak ada serpihan kecil yang hilang atau tersisa. Langkah ini penting untuk mempersiapkan permukaan agar lak dapat menempel dengan baik. Pecahan kemudian di susun kembali seperti puzzle untuk memastikan setiap bagian sesuai dengan tempatnya. Setelah itu lak dasar yang di sebut urushi di oleskan pada tepi pecahan untuk merekatkannya. Proses ini membutuhkan ketepatan agar setiap sambungan pas dan kuat. Setelah semua pecahan di rekatkan keramik di biarkan mengering untuk memastikan lak mengeras dan sambungan menjadi kuat.

Langkah berikutnya adalah mengisi retakan dan celah dengan campuran lak dan bubuk emas, perak atau logam lainnya. Campuran ini di oleskan dengan hati-hati menggunakan kuas halus. Menciptakan sambungan yang berkilau dan estetis. Penggunaan bubuk emas atau logam lainnya tidak hanya memperkuat sambungan tetapi juga menambah nilai artistik pada keramik. Proses pengisian ini harus di lakukan dengan presisi untuk memastikan hasil akhir yang halus dan indah. Setiap lapisan lak dan bubuk logam harus di biarkan mengering dan mengeras sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya. Yang bisa memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu.

Tahap terakhir dalam teknik kintsugi adalah penyempurnaan dan penghalusan. Setelah semua retakan di isi dan lapisan lak mengering. Maka permukaan keramik yang di perbaiki di haluskan menggunakan alat khusus. Untuk memastikan bahwa sambungan emas atau logam lainnya rata dan mengkilap. Proses ini memerlukan ketelitian agar hasil akhir terlihat natural dan menyatu dengan keramik asli. Setelah di haluskan keramik di periksa kembali untuk memastikan tidak ada celah atau retakan yang terlewatkan. Hasil akhir dari teknik kintsugi adalah sebuah karya seni yang unik dan bermakna. Di mana setiap retakan dan sambungan emas menceritakan kisah tentang kerusakan dan pemulihan hidup tentang Kintsugi.